Untuk diketahui, python disini adalah bahasa pemrograman, meskipun bersimbol ular python. Banyak hal di GNU/Linux bersimbol binatang: GNU sendiri, Perl, Python, Linux.
Nah, agaknya tidak perlu dibahas kehebatan python, namun kenapa dengan begitu banyaknya kelebihan python, kita orang Indonesia masih jarang memanfaatkannya? Kalah populer dengan PHP dan Java, apalagi dengan VB dan Delphi. Padahal resource Python cukup banyak, cuma memang buku yang membahas python masih bisa dihitung dengan jari.
Ada beberapa sebab. Pertama, lain dengan PHP yang single purpose language, yakni untuk web based application, meskipun sekarang muncul yang namanya PHP-Gtk yang mencoba main di level aplikasi stand alone. Orang biasanya suka dengan paket lengkap, meskipun paket itu untuk tujuan khusus, namun bisa saja orang memodifikasinya untuk tujuan umum, misal PHP dipakai untuk aplikasi dekstop, meskipun dari UI kadang tidak efisien. Nah, dengan Python, untuk buat UI setidaknya ada standard dengan TCl, namun begitu, banyak yang meninggalkan TCl dan beralih ke Qt, GTK atau wxWindow.
Kedua, meskipun sudah install python, untuk tujuan praktis masih harus di tambahkan modul yang sesuai (tentu lewat download), misalnya Numeric, pygame, wxPython, dll. Tentu saja ini masalah besar, karena rata-rata kita orang Indonesia hampir tidak pernah online.
Ketiga, sumber yang minim. Istilahnya dukun yang mahir python masih sedikit, dibandingkan katakanlah PHP yang juga masih baru.
Karena itu, menurutku bagi mereka yang ingin terjun ke python, setidaknya harus memiliki beberapa perangkat berikut:
1. python 2.3 atau 2.4
2. numeric
3. pygame
4. smpeg
5. SDL komplit (SDL_image, SDL_ttf, SDL_mixer, SDL_net)
6. salah satu UI binding, pyQt, pyGtk, wxPython atau cukup TCl
Mengapa harus ada pygame? Sederhana saja. Siapapun programmer game pastilah otaknya jalan kiri dan kanan, soalnya harus tahu algoritma, bisa memprogram, bisa berfantasi. Singkatnya, jika ingin belajar buat aplikasi yang bagus, cobalah buat game, apapun gamenya. Itulah mengapa dulu sekali waktu aku jadi asisten labkom, aku suruh para praktikan untuk bikin game (waktu itu pakai Pascal). Dalam game setidaknya ada algoritma, grafis programming, database (simpan hi score), dan mekanisme I/O.
Nah, menurut hemat aku, pygame dapat digunakan sebagai pengganti Qt dan Gtk (dalam arti sempit). Kelebihannya tentu saja syntax-syntaxnya yang lebih sederhana. Misalnya, buatlah image viewer, satu dengan pygame dan satu dengan tcl, pyqt atau pygtl, aku berani bertaruh, pygame paling sedikit memerlukan baris (tentu tergantung codernya). Selain itu, terutama, karena pygame termasuk dalam library JanuX, maka dengan sendirinya, grafis programming dapat dilakukan tanpa X, cukup dengan konsol mode frame buffer.
All I need is fb mode and some libs: SDL, directfb, svgalib.
Jika tertarik dengan frame buffer (no X fb!), coba saja lihat paragui (www.paragui.net). framework yang satu ini menggunakan C++, sehingga meskipun amat bagus (rocks!!!), tapi lebih sulit, atau directfb (www.directfb.org), yang ini juga C++. Mendingan pakai pygame dengan memakai engine pyzzle yang top abiss!.
Perjuangan Panjang "Menyelamatkan Ibu, Bayi dan Balita"
-
Waduh .. Cukup lama saya nggak menulis di blog ini, kangen juga :)
Sore menjelang maghrib tiba-tiba ada pesen via BB ada yang koment di blog
ini dari Anoni...
12 years ago
1 tanggapan:
mmmh. menarik jg. soal php, sebetulnya sih ada solusi lain dibanding php-gtk, namanya klorofil. gue dah nyoba.
and yg paling keren: klorofil itu bikinan programmer2 indonesia.
Post a Comment