08 August 2006

Living with PC-BSD 1.2

Setelah sehari memakai PC-BSD, sekarang waktunya mereview beberapa point yang aku anggap penting.

Pertama, sistem add-remove paket aplikasi. PC-BSD mengemas pemaketan sendiri yang mematahkan kebutuhan akan dependensi. Ini luar biasa. Salah satu ketakukan dan keengganan seseorang memakai Unix (dan Linux), salah satunya karena faktor ketersediaan software. Jika software itu memang ada, masalah berikutnya pada dependensi. PC-BSD memecahkannya dengan mengemas semua library yang dibutuhkan kedalam file kemasan. Di satu sisi ini tentu memboroskan spasi harddisk, namun di lain pihak, apa artinya beberapa kilo byte library dibanding dengan terpenuhinya dependensi yang bikin pecah kepala? Jika sistem ini dirasa terlalu mudah buat jagoan porter, PC-BSD masih mendukung sistem port, dan sama sekali tidak saling mengganggu dengan sistem PBI.

Kedua, Linux compatibility di level ABI ternyata berjalan dengan mulus. Contohnya, saat ini aku sedang mengedit halaman-halaman PHP, memanfaatkan server komplitan XAMPP for linux 1.5.1 tetapi diinstall di PC-BSD. Syaratnya tentu saja harus download dan install terlebih dahulu paket Linux Compatibility. Untuk menjalankan XAMPP, langkahnya seperti biasa:


PCBSD# /opt/lampp/lampp startapache
PCBSD# /opt/lampp/lampp startmysql


Seperti di Puppy, setting httpd.conf harus disesuaikan juga. Selain itu, karena PCBSD 1.2 sudah mengemas BASH 3.1, maka kita cukup membuat link dari /usr/local/bin ke /bin:


PCBSD# ln -s /usr/local/bin/bash /bin/bash


Tentu saja kita bisa mengedit file-file startup XAMPP (lampp) untuk mengarah ke /usr/local/bin/bash, dan tidak perlu membuat link.

Tambahan aplikasi dapat ditemukan di CD 2, meliputi PBI esensial dan paket bahasa untuk KDE. Jika dicermati, dibandingkan dengan paket-paket Linux, PBI terlihat jauh lebih besar. Mudah ditebak, tidak lain karena setiap paket memuat library yang diperlukan.

Ketiga, dukungan hardware. Aku belum lama ini membeli TV tuner USB, yang tentu saja berjalan dengan baik di Windows. Di Linux ada modulnya, yakni em28xx, tetapi waktu modul di load, ternyata di folder /dev/ tidak menunjukkan munculnya device baru.

Di PCBSD, melalui dmesg terdeteksi hardware dari jenis Gadmei 2860, namun lagi-lagi juga belum ketemu bagaimana mengaktifkannya, namun setelah sekilas googling, agaknya USB-TV memang belum didukung FreeBSD.

Keempat, look and feel. PC-BSD versi 1.2 ini tampil lebih elegan, dengan boot splash sederhana. Kinerja KDE 3.5.3 cukup cepat berjalan di laptop Lifebook S6110. Untuk menambah bagus penampilan, aku tambahkan style polyester. File sharing mengikuti kemudahan KIO slave KDE, yakni cukup dengan klik kanan lalu pilih share. Benar-benar mudah. File share yang mudah ini hanya berlaku untuk direktori dibawah home. Untuk share di lain tempat, kita harus di level root. Selain itu, file sharing dapat diaktifkan melalui protokol http. Defaultnya mengambil port 8001, sehingga semua lokasi yang kita share, akan tampil jika diakses lewat browser di http://pcbsd:8001/

Okay, cukup segitu dulu

3 tanggapan:

Anonymous said...

wah sekarang udah mulai menjamah BSD ya?...dulu pernah coba install jg yg free-bsd ga bisa2...ya gagal mulu gara2 dependensi itu...
hikss...kangen ngoprek bang, kejebak di lingkungan windows minded ni...

solie said...

he he, mangkanya pake PCBSD, beres. Installnya super simpel, anak SD pun bisa (dengan asumsi tidak memperdulikan OS lain) karena sudah berbahasa Indonesia, dan juga anaknya bisa komputer :))

Gpp sih pake windows, asal jangan komplain mulu kalo kena virus, worm, dll., dan juga asal betah saja dengan --sekali lagi-- WOMBAT (waste of money, brain and time)

Anonymous said...

gua juga nginstal pcbsd dan terus make gak pernah tak buang lagi-kalo linux mah sekali instal dua hari buang- tapi kelemahan pcbsd di kompi gua gak bisa detek soundcard cmi9880 so ngak bisa dengerin musik, tahu solusinya?