Sekedar pengalaman biasa

Hmm, lama nggak nge-blog, kali ini ada beberapa peristiwa yang enaknya dirangkum jadi satu.

Pertama, my lovely soulmate, A925 peacefully died, and is now resting in peace. Si HP sendiri sedang ditangani oleh salah satu servis centre, dan katanya cukup dua hari, namun hingga sekarang hari ke-6, belum kelar (masih dalam proses). Kalau benar bisa, wah, salut deh! Soalnya, bootloadernya sendiri ikutan tewas, alias blong kothong, atau blank gonggeng....kayaknya kudu lewat hardware, atau ganti hardware malah!

Kedua, beberapa waktu lalu aku memulangkan the old one, kakang CB 125 (soalnya lahir pada tahun 1974) ke tlatah Karangpandan. Sialnya, aku memakai mobil zebra milik si Dinol untuk mengangkutnya. Dasar nasib, baru sampai di Bawen dikejar polantas. Singkat kata, dibawa ke poslantas.

Cakap sana-sini, kita terkena pasal pelanggaran berat (karena mobil van tidak untuk ngangkut barang), dan pasal berat juga (soalnya CB tua itu surat2nya nggak aku bawa :). Dua pelanggaran berat, yang kata si mas polantas bisa terkena pidana (dan kalau tidak ada barang bukti, bisa langsung kurungan!).

Seperti kebanyakan orang bersalah di depan hamba hukum, maka kita mencoba dua pilihan lazim, yakni damai kekeluargaan, atau sidang ditempat, atau nitip sidang, dan kedua lewat prosedur baku. Nah, dari dua pilihan itu, mas polantas tidak setuju keduanya (soalnya sama-sama repot dan ewuh-aya), lalu bagaimana?

Setelah menunggu sekitar 45 menit di poslantas, akhirnya polisi dari polsek datang, dan kasus diambil alih. Sampai di polsek urusan beres, yakni aku mengambil (atau menunjukkan) surat-surat dari si CB, dan kemudian dibuatkan surat jalan. Meskipun dalam rangka menunggu datangnya STNK, kita harus menunggu lama (3 jam). Untunglah, bapak polisi di polsek ramah-ramah dan suka ngobrol sana-sini, jadi waktu 3 jam berlalu dengan tidak terlalu lama.

Weleh-weleh... malah tidak terkena tilang sama sekali!