Sedang sakit, dud... maka itu, seharian cuma baca-baca, nggak ngelakuin aktivitas coding, tinimbang tambah pusing??
Salah satu buku yang baru kubaca sekarang ini adalah Unsur Religius dalam Sastra Jawa. Isinya membahas banyak karya sastra yang dibagi dalam beberapa kategori menurut jamannya. Satu yang menarik adalah sampel dari kitab Pararaton -- yang menceritakan kisah hidup Ken Angrok -- yang pada sampel itu mengetengahkan kisah saat si kecil Angrok berada di dusun Jiput dan hendak membikin kekacauan. Tentu kebanyakan kita maklum bahwa Angrok memang ganas dan berangasan, meskipun cuma baru mendengar dari cerita keris Gandring.
Dalam buku ini diterangkan bahwa Angrok itu merupakan anak dari Batara Brahma dan Ken Endog (dulu aku membaca sekilas di TB Gramedia Bandung, dalam satu buku cerita rakyat, bahwa Angrok adalah anak Batara Guru dan Ken Endog, entahlah, mungkin aku yang kelupaan). Namun agaknya darah dewa itu sama sekali tidak mempengaruhi watak si Angrok, dan bahkan ia tumbuh menjadi anak yang bengal, mencuri, merampok, membunuh, dst.
Mengherankan, orang seperti itu justru diangkat menjadi raja dan dianggap sebagai titisan Batara Wisnu. Mungkin saja, gelar itu terjadi ketika si Angrok masih hidup dan semua pujangga takut padanya, tetapi setelah ia mati dibunuh anaknya, gelar itu tidak dicabut.
Demikian pula dengan Jayabaya yang pada masa tuanya bentriok dengan Mpu Sedah (karena merebut istri Sedah, dan makin kacau, ternyata istri Sedah itu adalah anak Jayabaya sendiri dari salah satu selir persembahan jagalnya! -- baca di novel Prabarini). Ia juga mendapat gelar titisan Wisnu.
Dan sekarang ini, Presiden kita yang baru, jika berhasil ini-itu, akan pula diangkat sebagai manusia setengah dewa :))
Tapi pointnya bukan itu, bukan senewen dengan raja-raja.
Dalam sampel itu disebut-sebut gopura, yang artinya gapura, yang umum diketahui bahwa gopura atau gapura itu berasal dari bahasa Arab. Menilik kitab Pararaton yang termasuk dalam masa jawa tengahan, yakni masa antara Singasari - Majapahit, dapat disimpulkan bahwa Islam, setidaknya orang Arab sudah sejak lama berada di tanah Jawa ini, setidaknya jauh sebelum karya sarstra itu sendiri dibuat (jadi jauh dari tahun 1400-an masa kerajaan Demak). Mengapa? Jelas. Bayangkan saja, sebuah kata serapan asing bisa dimasukkan kedalam karya sastra kerajaan, tentunya para pujangga sudah mengerti betul arti kata itu, dan untuk mengetahuinya bukanlah perkara cepat. Mengapa pula tidak dipakai kata gerbang (the gate, mungkin sekali para empu sudah menduga kalau kata ini yang dipakai, nantinya akan menimbulkan goncangan bagi para anak cucunya. Why? the Gate itulah :))
Bahkan ada yang berpendapat bahwa Ratu Sima (yang menghukum anaknya karena mencuri) sudah sejak jaman itu pula berkorespondensi dengan khalifah. Jelas bahwa Ratu Sima (ratu Kalingga, abad VII) ada jauh sebelum Mojopahit (abad XIII) itu berdiri.
Perjuangan Panjang "Menyelamatkan Ibu, Bayi dan Balita"
-
Waduh .. Cukup lama saya nggak menulis di blog ini, kangen juga :)
Sore menjelang maghrib tiba-tiba ada pesen via BB ada yang koment di blog
ini dari Anoni...
11 years ago
1 tanggapan:
YUUUUUUUUUUUKKKKKKKKKK!?!?!?!?!?!?!?
Post a Comment