Sebelumnya aku terbiasa memakai distribusi real seperti Mandrake, SuSE dan Fedora untuk kerja, dan menganggap distro selain itu hanya sebagai percobaan, termasuk FreeBSD dan OS-OS lain seperti Oberon, OpenVMS dan Reactos. Mungkin karena proses instalasinya? Untuk Mandrake, SuSE dan Fedora (formerly RedHat) dari awal sudah terkesan profesional dan siap untuk aplikasi bisnis, baik perorangan maupun jaringan. Segala setting umumnya sudah dilakukan secara otomatis. Khusus untuk Mandrake, aku memakainya karena kelengkapan programnya, terutama Python dan modul-modulnya. SuSE dan Fedora hanya untuk uji platform saja (dan jelas kompatibel, soalnya sama-sama linuxnya).
Sehari-hari yang kupakai kerja adalah Mandrake 10.0 dengan KDE 3.4 hasil kompilasi sendiri yang memakan waktu berhari-hari (sekitar seminggu mulai dari download dan kompilasi lengkap, dari kdebase hingga kdeedu). Menyenangkan sekali memakai KDE 3.4, soalnya semua terintegrasi ke dalam konqueror yang luar biasa dan terutama dengan tambahan KPDF yang cerdas dalam membaca PDF.
Untuk Gnome atau desktop lain aku jarang menggunakan, soalnya pada FC2 dan BlankOn (FC3) terasa begitu berat, jauh bila dibandingkan dengan KDE 3.3/3.4, maka itu, Gnome tidak pernah kupakai, paling hanya dilihat sekilas dan buang. Sebelumnya spesifikasi komputerku termasuk biasa-biasa saja. Pertama aku memakai Desknote ECS A907 yang berprosesor Crussoe 531 Meg, SDRAM 128 Meg itupun dimakan VGA sebesar 16 Meg, tidak bisa dikurangi, dan HD 20 Gig. Bisa dibayangkan, spesifikasi seperti itu. Kedua, aku juga memakai komputer built up merk HP Vectra, dengan spesifikasi prosesor IPIII 550 Meg, harddisk 20 Gig, SDRAM 128 Meg dan VGA Matrox 8 Meg. Nah, meskipun sekilas tampak sama, namun kekuatan keduanya jauh berbeda. Pada komputer HP, karena VGA-nya Matrox, maka otomatis kecepatannya melampaui desknote, bahkan komputer rakitan yang sekelas bahkan lebih tinggi. Pada kedua komputer itu, Mandrake berjalan dengan mulus dan lancar, untuk Desknote hanya masalah loadingnya yang lama.
Namun, beberapa waktu berlalu sejak memakai Mdk 10.0 (setahunan), tiba-tiba komputer HP mati total. SIngkat kata, ganti komputer dengan spesifikasi Celeron 2,26 Gig, harddisk 40 Gig, VGA TNT2 32 Meg, DDR 256 Meg, mobo Intel 845. Untuk komputer baru ini, FC2 dan Xandros tidak mau diinstall, entah kenapa di tengah jalan berhenti begitu saja (masih pada tahap boot, belum masuk instalasi). Ini VGA-nya, karena dengan memakai VGA onboard semua jalan tanpa masalah.
Oleh karena semua serba baru, maka aku coba pula install Ubuntu yang full GNU karena pakai Gnome. Sekilas kecewa berat kenapa pakai Gnome? Gnome 2.6 lagi, bukan yang terbaru (kayaknya sudah 2.8 deh). Pasti karena tradisi debian yang suka dengan stable itu! Oke, nggak masalah. Aplikasi cukup lengkap dan lumayan menyenangkan, hanya saja karena terbiasa di konqueror KDE 3.4, maka terasa kagok pindah ke nautilus. Apalagi jika dibandingkan antara kate atau kedit dengan gedit, pasti jauh. Juga dalam mengangani file-file PDF, KDE 3.4 sudah disertai KPDF yang mantap dan setiap aplikasi di KDE dapat menghasilkan (print) dalam format PDF, sedangkan di Gnome, print to file hanya menghasilkan PS.
Tapi tunggu dulu. Begitu aku lihat modul Python, busyet, ternyata lengkap sekali bo! Ya sudah, demikianlah, maka Ubuntu segera dibiasakan. masalah kecil di Ubuntu adalah masalah hiburan. Support MP3 dihilangkan, seperti pada RH9 hingga FC3, secara default. Harus download/cari sendiri jika ingin mendengar MP3. Mudah saja, tinggal kopi aplikasi berikut librarynya dari Mandrake, cukup dengan mpg123 saja. Berikutnya untuk totem dkk, karena aku pakai DVD (Samsung) dan CDRW (Plextor), maka proses menonton film agak rumit bahkan tidak bisa! Entah kenapa, mungkin harus di tweak sedikit konfig-konfignya (don't laugh you expert!). Untuk xawtv dan tvtime juga sama, aku kopi saja dari Mandrake. Lucunya, xawtv tidak mau menampilkan gambar, hanya muncul bluescreen. Entahlah, soalnya fbtv berjalan dengan bagus, pun untuk tangkap frame. Masalah konfig lagi, atau whatever. Oke, no big deal.
Nah, setelah merasa agak nyaman dengan Ubuntu, aku coba pasang Slackware 10. Instalasinya menyenangkan dan amat cepat, -paling hanya 15 menit. Bandingkan dengan Ubuntu (30 menitan), Mandrake, FC (30-45 menit) dan SuSE (busyet, SuSE paling lama, belum lagi jika nanti konfig dengan YaST!). Aku belum coba tuh Novel SuSE 9.1, soalnya harus beli CDnya, lagian cuma sekeping CD. Kalau yang lain, Ubuntu dapat pinjem, sedangkan Slack 10 aku beli, soalnya dua CD, jadi gak rugi-rugi amat belinya (mode saat ini adalah dijual berikut bukunya, yang tidak pernah aku baca, tipikal instalasi ini itu).
Slackware 10 standardnya masih KDE 3.2 dan Gnome 2.6, kernelnya juga masih 2.4.26, untuk kernel 2.6.7 masih testing, namun juga dipaketkan. Aku pakai kernel 2.6.7 dan hotplug dimatikan, soalnya modul-modul yang di load bukan modul yang aku kehendaki. Sayangnya, xawtv atau tvtime tidak dipaketkan. Download xawtv dulu, kompilasi dan semua beres. Tapi tunggu, entah kenapa xawtv juga tidak mau menampilkan gambar, dan fbtv seperti biasa berjalan dengan mulus! Konfignya (waktu kompilasi?) yang keliru? Entahlah.
Satu hal lagi yang menarik di Gnome, yakni membuat menu baru di start menu! Hampir-hampir mirip Mindows, yaitu klik kanan pada lokasi yang diinginkan. Asik pokoknya. Lain dengan KDE yang harus lewat menu edit atau semacamnya. Menu-menu ini penting, soalnya tidak semua yang diinstall, meskipun ada dalam paket, muncul di menu, seperti Netscape 7.
Aplikasi Office yang dipaketkan cuma Abiword dan Gnumeric, dan ini memang sudah cukup. Aku merasa, semakin lama semuanya memang harus lebih sederhana. Tidak perlu aplikasi macem-macem. Untuk mengetik, jelas abiword mencukupi, hitung-menghitung, Gnumeric juga cukup. Untuk presentasi? Bisa saja memakai abiword atau Gnumeric, atau cukup dengan HTML yang bisa digenerate pula oleh Abiword. Mengapa memakai OpenOffice/MS Office jika presentasi yang ditampilkan cuma teks melulu, atau dengan sedikit gambar, dan tanpa animasi. Menurut hemat aku, orang makin lama memperhatikan content, bukan bungkus. Bungkus memang perlu, tapi pencerahan itu justru di isinya.
Jadi jika aku ditanya, format data apa yang portabel dan standard? Tentu kujawab teks ASCII! Berikutnya HTML,lalu XML, lalu PDF. Dulu sekali aku pernah buat aplikasi presentasi menggunakan pygame dan data teks biasa. Aturan-aturan tentu ada, tapi sedikit sekali, tidak seperti HTML. Dengan aplikasi ini (namanya soshow), aku tidak perlu menjalankan X, cukup di konsol dengan mode frame buffer. Soshow bisa menampilkan gambar pula, dan menyediakan ruang untuk catatan selama sesi presentasi berlangsung, hingga jika sudah selesai, catatan tersimpan dalam file teks dengan nama note.txt yang siap dipresentasikan sebagai resume. Fitur kecil menarik juga disertakan, yaitu support huruf JAWA. Sebagai tambahan, aplikasi soshow ini dibantu oleh library widget.py, yang aku ambil dari library chat, semuanya ada di www.pygame.org. Silahkan lihat dan buat sendiri aplikasi Anda, dan rasakan hebatnya pygame. Pernah aku ingin masukkan engine pyzzle kedalamnya, hingga bisa memunculkan movie, dan efek transisi yang mantap, tapi mungkin nanti-nanti, setelah waktu mencukupi.
Well, itulah, dengan slackware ini, semua tampak sederhana dan menyenangkan. KISS, dude!
Perjuangan Panjang "Menyelamatkan Ibu, Bayi dan Balita"
-
Waduh .. Cukup lama saya nggak menulis di blog ini, kangen juga :)
Sore menjelang maghrib tiba-tiba ada pesen via BB ada yang koment di blog
ini dari Anoni...
12 years ago
2 tanggapan:
mas tolong bantu saya,saya punya hp motorolla A925 menun hpnya masih standar, say kepingin internetan dari hp itu gimana caranya,dan menu gpsnya tolong dikasih tau cara kerjanya. dari mozad.
untuk internetan pake a925 biasa saja, setting gprsnya, tentu setelah kartunya didaftarkan dulu (diaktifkan). settingan untuk gprs tergantung kartunya, dan amat banyak ditemukan di google cara-caranya.
kalau gpsnya, harus install dulu program gpsnya, misalnya smartcom gps atau pake mapview gps, keduanya produsennya sama, tapi yang terakhir adalah free. setelah diinstall dan disetting, aktifkan ikon gpsnya. memang lama untuk koneksi ke satelit, bisa 5, 10 atau malah 30
Post a Comment